Assassin’s Creed dan Perjuangan Meraih GOTY

Assassin’s Creed dan Perjuangan Meraih GOTY

Pendahuluan: Waralaba Legendaris dengan Ambisi Tinggi

Assassin’s Creed (AC) adalah salah satu waralaba paling sukses Ubisoft, menjual lebih dari 200 juta kopi. Seri ini terkenal karena dunia terbuka yang imersif, narasi historis, dan desain permainan yang ambisius. Penghargaan Game of the Year (GOTY) menjadi tolok ukur tertinggi dalam pengakuan kritikus industri. Meski AC meraih banyak nominasi dan penghargaan, ia jarang menang di ajang GOTY paling prestisius. Persepsi umum menyebut AC sebagai finalis kuat yang sering gagal merebut gelar utama GOTY.

Baca Juga : Atlus dan Jejak Gemilang Mereka di Panggung Game of the Year by Raja Botak

Masa Kejayaan: Assassin’s Creed II dan Black Flag

Assassin’s Creed II: Standar Emas Waralaba

AC II dirilis pada 2009 dan meraih skor 91 di Metacritic, menerima pujian kritis luas. Permainan ini memukau dengan cerita mendalam, dunia Florence dan Venesia, serta gameplay yang diperbarui. Ia menjadi finalis GOTY di D.I.C.E. Awards, Game Developers Choice, dan Spike VGAs 2009. AC II juga menang GOTY versi GamePro, New York Times, IGN, dan Game Informer.
Kemenangan ini menandai puncak pengakuan industri bagi Assassin’s Creed.

Black Flag: Revolusi Bajak Laut

Dirilis 2013, AC IV: Black Flag mengusung tema bajak laut dan eksplorasi laut yang sangat dipuji. Permainan ini disebut sebagai “pirate game terbaik” dan “Red Dead Redemption versi laut”.
Ia mendapat nominasi GOTY dari D.I.C.E. dan BAFTA, serta menang Raja Botak kategori aksi-petualangan di Spike VGX. Kritik tetap ada, seperti misi darat yang repetitif dan segmen modern yang kurang menarik. Meski inovatif, kekurangan teknis mencegahnya merebut GOTY tertinggi.

Evolusi dan Tantangan Modern Assassin’s Creed: Studi Kasus Odyssey

Odyssey dan Peralihan ke Genre RPG

AC Odyssey (2018) menandai transformasi besar ke arah RPG penuh dengan dunia Yunani kuno yang luas. Ia mendapat skor 83 di Metacritic dan dipuji atas eksplorasi serta skala dunia terbuka.
Dinilai sebagai “salah satu action-RPG terbaik” oleh sebagian kritikus. Mendapat nominasi GOTY dari The Game Awards, BAFTA, dan D.I.C.E. Awards. Namun, skor pengguna lebih rendah dan mengkritik repetisi, ukuran dunia, dan microtransactions.

Ketidakseimbangan Persepsi Kritis dan Pengguna

Odyssey dianggap kurang menyatu sebagai RPG dan tidak menyamai standar genre seperti The Witcher 3. Mekanisme moral dan pilihan cerita dinilai dangkal serta tidak memberi dampak signifikan. Ketimpangan ini mengurangi peluangnya untuk menang di ajang GOTY utama.

Faktor Penghambat Kemenangan GOTY

Assassin’s Creed merilis game hampir setiap tahun, menyebabkan kejenuhan pemain dan penurunan kualitas. Siklus rilis cepat menyulitkan pengembangan fitur inovatif dan penghalusan teknis.
Masalah teknis seperti bug grafis besar muncul di Unity dan repetisi gameplay terasa di Rogue. AC Black Flag dan Odyssey tetap mendapat kritik soal misi berulang dan desain misi yang melelahkan. Pergeseran ke RPG dinilai setengah matang dan belum mendefinisikan genre secara utuh. Game AC kerap bersaing dengan judul lebih inovatif dan lebih sempurna secara eksekusi.

Kesimpulan Assassin’s Creed: Harapan di Tengah Tantangan

AC II tetap menjadi puncak pengakuan kritis dalam sejarah waralaba ini. Black Flag membuktikan waralaba mampu berinovasi dengan luar biasa dan menyegarkan format. Odyssey menunjukkan ambisi besar namun belum berhasil menyaingi game RPG papan atas. Tantangan utama terletak pada siklus pengembangan cepat, masalah teknis, dan inovasi setengah matang. Untuk memenangkan GOTY utama, AC harus menggabungkan inovasi, eksekusi brilian, dan pengalaman yang utuh. Keseimbangan antara kuantitas rilis dan kualitas puncak menjadi kunci kejayaan masa depan Assassin’s Creed.

Frazer Middleton Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *